Zetizen.com - Tradisi imlek emang banyak dirayakan di Indonesia. Bazar Imlek, festival lampion, berbagai pertunjukan barongsai, sampai perayaan Cap Go Meh masih sering kita jumpai. Namun, banyak juga peninggalan Tionghoa yang terlupakan. Bahkan nyaris hilang. Mulai salon tua di sudut jalan Kota Surabaya hingga keramik Sakok khas Dinasti Ming yang bercorak naga. Namun, peninggalan-peninggalan itu masih layak dilestarikan meski terus tergerus zaman. (nrm/ind/har/c22/grc)
SURABAYA – Di salah satu sudut Jalan Kembang Jepun, Surabaya, tepatnya di sebuah bangunan tua bertingkat tiga, terdapat sebuah barbershop tua. Shin Hua, begitulah barbershop yang berdiri sejak 1911 tersebut diberi nama. Terletak di lantai 2, Shin Hua merupakan barbershop khusus laki-laki yang berjalan secara turun-temurun selama dua generasi.
Pendirinya, Tan Sin Co, adalah seorang pria yang datang dari Republik Rakyat Tiongkok untuk mengadu nasib di Indonesia. Untung, dia memiliki Tan Ting Kok, 68, sebagai putranya yang sejak 1965 berdedikasi meneruskan keberadaan Shin Hua. ’’Saudara-saudara nggak mau meneruskan, jadi ya tinggal saya aja sekarang,’’ ucap pria yang seluruh rambutnya dipenuhi warna putih itu, lantas nggak henti tersenyum ramah.
Di dalam bangunan Shin Hua, pengunjung disambut suasana vintage yang kental. Papan nama bertulisan Shin Hua dicetak besar dalam dua aksara Latin dan Mandarin. Itulah ciri khas tersendiri yang membuat pengunjung serasa berada di setting ruangan kuno khas film Tionghoa. Belum lagi interior dan perkakas cukurnya. Bahkan, banyak peralatan yang berusia melebihi kakek dan nenek kita loh. Misalnya, seperangkat kursi salon berusia lebih dari satu abad yang didatangkan langsung dari Shanghai. Juga alat cukur nonlistrik yang menggunakan bahan bakar arang.
Pada masanya, segala fasilitas di Shin Hua udah paling mewah. Karena itulah, Shin Hua jadi barbershop paling sukses dan ramai pada masa itu. ’’Dulu sehari bisa sampai seratus tamu. Di sini ada 20 karyawan. Saking ramainya, waktu kecil saya suka bantu-bantu ayah melepas celemek tamu dan membersihkan sisa rambut,’’ ujar Tan Ting Kok mengenang masa-masa kejayaan Shin Hua.
Namun, kejayaan Shin Hua kini tinggal cerita. Dalam seminggu, lima hingga enam tamu datang untuk mencukur rambut kepada pria yang akrab disapa Om Edy tersebut. Bermula dari pelebaran jalan yang mengharuskan Shin Hua dinaikkan ke lantai 2 sehingga tamu merasa enggan capek hingga usia sang empu yang makin menua. Akibatnya, pelanggan makin hari makin jauh berkurang.
Tekad Tan Ting Kok untuk terus mempertahankan Shin Hua, rupanya, harus berakhir sebagai mimpi belaka. Anak-anaknya lebih memilih meniti karir lain dan menyokong kebutuhan sang ayah yang tentu nggak terpenuhi dari penghasilan Shin Hua. Entah sampai kapan Shin Hua bisa bertahan di tengah gempuran perubahan zaman.
Namun, yang jelas, selama salon itu masih berdiri, pengunjung nggak akan menyesal datang ke sana. Hanya dengan Rp 50 ribu, para pengunjung bisa mendapatkan jasa cukur rambut dan pengalaman throwback ke masa lampau. Juga bonus keramahan dan kehangatan Om Edy yang siap menyambutmu dengan segudang cerita dan petuahnya.
Sssst, ada hal unik yang Tim Zetizen temukan saat berkunjung ke Shin Hua ini loh.
Layanan Bersih Telinga
Kalau datang ke barbershop, yang kamu dapat biasanya cuma layanan potong rambut kan? Well, ternyata Shin Hua menawarkan jasa selain cukur rambut loh. Apalagi kalau bukan layanan membersihkan telinga yang pasti nggak ditemukan di salon-salon lain. Dengan satu set alat yang dibuat sendiri oleh Tan Ting Kok dari bambu dan bulu bebek, kamu bisa mendapatkan layanan unik itu cukup dengan membayar Rp 50 ribu.
Interior Antik Ditawar Mahal
Sesuai dengan usianya yang udah lebih dari seabad, interior di Shin Hua emang terbilang antik dan langka. Jadi, nggak heran banyak orang, khususnya kolektor, yang tertarik dengan interior di sana. Bahkan, kursi salon berbahan dasar besi yang menjadi ciri khas Shin Hua pernah ditawar hingga 50 juta rupiah loh untuk satu unit. Woah! Tapi, mengingat nilai sejarah dan peninggalan sang ayah yang jauh-jauh mendatangkannya dari Tiongkok, jelas kursi tersebut nggak dilepaskan begitu aja.
Edited by: Indrianingtyas