Are You a Zetizen?
Show Menu

Sajian Berbeda dari Alienware

Abiyoso Mg Abiyoso Mg 01 Jan 2020
Sajian Berbeda dari Alienware

Zetizen-Perusahaan pengembang vanillaware didirikan George Kamitani dengan suatu idealisme, yaitu mewujudkan game persis seperti keinginan para pembuatnya. Tidak berdasar tren, menuruti kemauan penyandang dana, atau kompromi lainnya.

Kamitani-sensei awalnya bekerja untuk Capcom. Sempat berguru kepada para pembuat Street Fighter II, dia akhirnya berkesempatan menangani Dungeons & Dragons: Tower of Doom. Meski game itu sukses, dia keluar dari Capcom karena merasa terlalu banyak orang berbakat di sana sehingga proyek yang diinginkannya harus lama mengantre. Kemudian, dia bekerja untuk Atlus dalam proyek Princess Crown yang berpengaruh besar dalam kiprah selanjutnya.

Ketika vanillaware hendak membuat Odin Sphere, karya pertama mereka, Atlus yang pertama ditawari dan langsung setuju. Idealisme Kamitani-sensei di atas memberikan semangat kepada anak buahnya sehingga menghasilkan game yang unik dan disukai. Selanjutnya, kebanyakan proyek vanillaware dirilis di bawah label Atlus meski sesekali ada juga yang bekerja sama dengan perusahaan lain.

Sampai Dragon’s Crown yang hadir pada 2013, karya vanillaware selalu bernuansa fantasi. Kamitani-sensei ingin mencoba proyek fiksi ilmiah dengan latar dunia nyata. Dia membayangkannya sebagai suatu proyek kecil setelah menganggap Dragon’s Crown sebagai proyek terbesarnya. Dia pun menyodorkannya kepada Atlus yang ternyata segera diterima. Masalahnya, Atlus ingin game tersebut menjadi proyek besar.

idealismenya, vanillaware setuju. Namun, akibatnya, pembuatannya membutuhkan waktu lumayan lama. Karakter protagonis utama yang semula cuma terdiri atas delapan dikembangkan menjadi 13 karakter sehingga memunculkan judul 13 Sentinels: Aegis Rim. Yang baru bagi vanillaware bukan hanya latarnya, tetapi juga kompleksitas cerita dan sistem permainan.

Beberapa pekan silam, setelah enam tahun pengerjaan, 13 Sentinels: Aegis Rim hadir untuk mesin PlayStation4. Genrenya adventure. Jadi, pemain menjalani cerita dari setiap karakter. game itu berkisah tentang 13 remaja dari era berbeda-beda. Kesamaannya, mereka adalah pengendali robot raksasa yang disebut sentinel yang berfungsi menghadang serangan makhluk misterius dari ruang angkasa.

makhluk misterius dari ruang angkasa. Setiap karakter digerakkan untuk berinteraksi dengan para karakter lain. Pemain memilihkan dialog yang aneka percabangannya membentuk suatu cerita utuh. Suatu karakter bisa membuka kata kunci yang nanti bisa digunakan dalam dialog karakter lain. Keterkaitan kisah ke-13 karakter menjadi salah satu daya tarik utama game tersebut. Ditambah unsur investigasi dan perjalanan lintas waktu.

Segmen pertempurannya bergenre RTS (real time strategy), serupa dengan GrimGrimoire, salah satu proyek terdahulu Vanillaware. Namun, konsep 13 Sentinels: Aegis Rim lebih mendekati tower defense. Pemain mengerahkan para sentinel untuk melindungi objek-objek tertentu dari serangan musuh. Pemain perlu mengenali tipe sentinel yang paling cocok berhadapan dengan tipe musuh tertentu. Oh ya, kemampuan setiap sentinel dikembangkan lewat segmen cerita remaja pengendalinya. (c14/ray)

 

Pionir Kebangkitan Genre Action 2D

Zetizen-Ada yang belum kenal Vanillaware? Tak apa-apa. Absen selama enam tahun memang bisa memunculkan generasi yang kurang mengenal mereka. Idealisme vanillaware berwujud keunikan karya-karya mereka. Saat genre 2D diremehkan, mereka menerapkannya dalam game action. Tetapi, dengan teknologi grafis masa kini yang membuatnya tampak seperti lukisan cat air yang teranimasi.

Berikut ini sejumlah game yang layak dicoba. Pertama tentu saja Odin Sphere. Meneruskan konsep Princess Crown, game itu bergenre action 2D yang kental unsur RPG. Kemampuan para karakter berkembang seiring permainan. Unsur lain tersedia. Misalnya, menanam bibit di medan petualangan untuk mendapat bahan makanan.

Vanillaware juga pernah membuat game berlatar Jepang klasik dengan judul Oboro Muramasa. Pemain berperan sebagai ninja atau kunoichi (ninja perempuan), lalu menghadapi para penguasa feodal dan pasukan mistisnya.

Nuansa kerajaan Eropa kuno hadir dalam Grand Knights History yang bergenre RPG. game yang satu itu memiliki penerus tidak resmi, Grand Kingdom, yang bergenre RPG strategi dan dibuat mantan personel vanillaware yang mendirikan perusahaan sendiri.

Sebelum 13 Sentinels: Aegis Rim, proyek paling besar bagi vanillaware adalah Dragon’s Crown. Konsepnya serupa Dungeons & Dragons: Tower of Doom karya pertama George Kamitani. Para karakter bertempur dan menjalani petualangan yang bercabang banyak. game itu juga mengusung fitur multiplayer, melibatkan hingga empat pemain sekaligus, dan bisa menghubungkan mesin PlayStation3 dengan mesin portabel PlayStation Vita. (c14/ray)

Musik yang Tak Pernah Kecewakan

Zetizen-Selain konsep permainan klasik dengan teknologi masa kini yang ditopang suguhan visual memikat, daya tarik produk vanillaware lainnya adalah unsur musikal. Sedari awal, George Kamitani bekerja sama dengan Hitoshi Sakimoto yang punya perusahaan bernama Basiscape.

Para veteran mengenal Sakimoto-sensei lewat komposisi musiknya yang legendaris dalam Final Fantasy Tactics dan Final Fantasy XII. Deretan karyanya cukup panjang karena Basiscape giat bekerja dengan banyak pihak. Misalnya, Grand Knight History dan Grand Kingdom yang milik dua perusahaan berbeda. Sakimoto-sensei yang menggarap keduanya. Dia juga yang menggubah musik semua seri Senjou no Valkyria (Amerika: Valkyria Chronicles) milik Sega. (c14/ray)

Sekilas Proyek Berikutnya

Zetizen-Dalam proyek berikutnya, rupanya vanillaware kembali ke pakem latar fantasi. Tempo hari mereka merilis sekilas teaser-nya, menampilkan kesatria muda berbaju zirah di sekitar kastil ala Abad Pertengahan. Belum ada informasi lain. Entah itu judul ataupun tipe permainan. Kita nikmati saja dulu 13 Sentinels: Aegis Rim dan karya vanillaware lainnya bagi yang ketinggalan. Kita percayakan George Kamitani beserta timnya akan kembali menyajikan yang terbaik ketika saatnya tiba. (c14/ray)

RELATED ARTICLES

Please read the following article