Zetizen-Siapa sih yang nggak kenal Aliando Syarief. Aktor muda itu dikabarkan mengidap gangguan mental obsessive compulsive disorder (OCD) ekstrem. Gangguan tersebut sering disematkan buat orang yang menyukai kebersihan atau susunan barang yang rapi. Padahal nggak sesederhana itu, lho! Nah, kamu bisa mulai aware sama kesehatan mental dengan memahami beragam jenisnya, dimulai dari OCD! (arm/c12/lai)
Istilah OCD kali pertama muncul pada abad ke-20. Sebelum itu, sebagian besar fitur OCD berpusat pada obsesi dan kompulsi tentang keyakinan dan praktik keagamaan.
Para psikiater kemudian mengembangkan ide-ide tentang OCD, termasuk Sigmund Freud yang mencetuskan asal mula nama OCD.Yakni, zwangsneurose.
Di Amerika Serikat, OCD termasuk sepuluh besar penyakit yang paling melumpuhkan karena dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup.
OCD menimbulkan perasaan takut dan pola pikir yang nggak diinginkan. Misalnya, takut terkontaminasi penyakit. Untuk meredakan perasaan itu, mereka bakal mencuci tangan terus-menerus sampai kulitnya sakit.
Pengidap OCD cenderung membesar-besarkan risiko dari sebuah peristiwa. Jika diam saja, mereka justru semakin cemas dan stres. Karena itu, OCD cukup memakan waktu dan bisa mengganggu kehidupan normal.
Penyebabnya bisa dari berbagai faktor. Mulai faktor biologis, psikologis, hingga sosial. OCD bisa dipengaruhi stres psikologis yang tinggi karena dukungan sosial yang diterima nggak memadai.
Pengidap OCD selalu bertindak kompulsif dalam melakukan berbagai aktivitas seperti memeriksa, mencuci, mengatur, hingga mengulangi perkataan. Mereka berusaha mencari kepastian serta menghindari interaksi sosial.
Daerah otak yang dianggap berperan dalam OCD adalah basal ganglia, kumpulan struktur di bawah korteks yang membantu mengoordinasikan gerakan. Ketika basal ganglia nggak berfungsi, gerakan yang nggak diinginkan dan nggak disengaja dapat terjadi.
Melansir Natural Standard, psikoterapi dan yoga memiliki nilai bukti ilmiah B yang baik untuk mengelola gejala OCD.
Zetizen-Gangguan mental bakal mengganggu kehidupan sehari-hari jika terus dibiarkan. OCD ditandai dengan perilaku kompulsif dan pikiran obsesif. ’’Obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang sulit dikendalikan. Sedangkan kompulsi adalah tingkah laku yang berulang dan dirasakan seseorang sebagai keharusan untuk dilakukan,’’ jelas psikolog Christine Anggraini MPsi.
Sebagaimana penyakit lainnya, diagnosis gangguan OCD diberikan oleh dokter setelah dilakukan pemeriksaan. Sebab,seseorang yang memiliki pikiran obsesif atau perilaku kompulsif belum tentu mengidap OCD. Pada penderita OCD, dua perilaku tersebut akan disertai dengan stres berat hingga mengganggu aktivitas harian dan hubungan dengan orang-orang sekitar.
’’OCD tidak bisa disembuhkan secara mandiri. Butuh bantuan dari profesional seperti psikolog dan psikiater. Segera ke tenaga profesional ketika sudah merasakan ketidaknyamanan akibat adanya pemikiran berulang. Misalnya, cuci tangan atau beres-beres memakan waktu yang lama. Nantinya, OCD diobati dengan farmakoterapi dari psikiater dan terapi CBT dari psikolog,’’ lanjutnya.
Well, jika ada teman atau keluarga yang memiliki kecenderungan OCD, hindarkan mereka dari hal-hal pemicu. Segera tawarkan untuk pergi ke tenaga profesional. Dalam banyak kasus, kalau nggak segera diobati, pengidap OCD dapat mengalami depresi. Nggak hanya memperparah penderitaan, itu akan mempersulit dan memperpanjang pengobatan. Let’s take care of each other’s mental health! (arm/c12/lai)