Di era 90-an, bulutangkis dapat dibilang menjadi olahraga paling sukses mendulang prestasi bagi Indonesia. Mulai dari medali emas Olimpiade, hingga torehan trofi kejuaraan bergengsi lainnya. Namun, siapa sangka pada era itu Indonesia memiliki atlet tenis wanita yang berprestasi? Siapa lagi kalau bukan Sang Legenda Yayuk Basuki.
(Foto: Gettyimages)
Wanita kelahiran Yogyakarta, 30 November 46 tahun yang lalu ini sukses menjadi atlet tenis Indonesia pertama yang memiliki segudang prestasi di kancah internasional. Dan berikut beberapa fakta menarik mengenai dirinya:
Yayuk Basuki kecil sudah mengenal tenis berkat ibunya, Sutinipun yang mulai mengajari sekaligus menjadi pelatih pertamanya dalam mengasah kemampuan tenis. Hal ini terus berlanjut hingga ia menginjakkan usia remaja dan terjun ke dunia tenis pro pada tahun 1990, dimana ia dibantu dan diasah oleh beberapa pelatih, salah satunya adalah Mien Gondowidjojo, pelatih paling berjasa selama karirnya bermain di dunia tenis.
(Foto: uwlyve.files.wordpress.com)
Pada bulan April tahun 1991, Yayuk Basuki sukses menggondol trofi turnamen Pattaya Terbuka dan menjadi pemenang perdana turnamen tersebut setelah mengalahkan petenis asal Jepang, Naoko Sawamatsu dengan skor 6-2 6-2, sekaligus menjadi petenis asal Indonesia pertama yang mampu menjuarai sebuah turnamen tenis profesional. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan bukan?
Selama berkarir di dunia tenis, Yayuk Basuki berkesempatan untuk mengikuti beragam turnamen bergengsi, serta mencicipi permainan dari petenis-petenis top dunia masa itu. Sebut saja Steffi Graf, Martina Hingis, Gabriela Sabatini, Monica Seles, Jennifer Capriati, Venus Williams, Arantxa Sanchez Vicario, Conchita Martinez, Lindsay Davenport, dan petenis-petenis lainnya. Walaupun prestasi Yayuk Basuki tidak sehebat mereka, namun bagi Indonesia bahkan Asia, prestasi Yayuk sudah sangat tinggi. Bersama dengan petenis asal Jepang Kimiko Date, mereka berhasil membuka jalan bagi petenis asal Asia selanjutnya untuk meneruskan perjuangan mereka serta menorehkan prestasi yang lebih tinggi.
Performa Yayuk Basuki di sektor Ganda Putri bisa dibilang sangat memuaskan. Hal ini bisa dilihat dari torehan trofi dan pencapaiannya di turnamen besar selama ia bermain. Ia sukses menjuarai beberapa turnamen bergengsi, seperti Hobart Internasional pada tahun 1996, dimana ia berpasangan dengan petenis Jepang Kyoko Nagatsuka, hingga turnamen besar seperti Kanada Terbuka 1997 dan Dubai Terbuka 2001 dimana ia berpasangan dengan Caroline Vis, petenis asal negeri Belanda. Peringkat tertingginya dalam sektor ganda putri ada peringkat 9 dunia, yang ia raih pada Juli 1998.
(Foto: Gettyimages)
Di turnamen Grand Slam, walaupun tidak pernah menjadi jawara, pencapaiannya dapat dikatakan cukup tinggi. Mulai dari babak perempat-final AS Terbuka pada tahun 1991, berpasangan dengan petenis Jo Durie asal Inggris Raya, kemudian mencapai semi-final di turnamen yang sama pada tahun 1993, berpasangan dengan petenis Jepang, Nana Miyagi, serta mencapai babak perempat-final di turnamen Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon pada tahun-tahun berikutnya.
Kesuksesan Yayuk Basuki tidak hanya di sektor ganda putri, melainkan di tunggal putri pula. Salah satu yang paling diingat hingga saat ini adalah pencapaiannya pada turnamen Grand Slam Wimbledon tahun 1997, dimana ia mampu menembus babak 8 besar alias perempat-final. Dalam perjalanannya menuju babak 8 besar, Yayuk mengalahkan petenis seperti Meilen Tu, Naoko Kijimuta, dan Patricia Hy-Boulais, sebelum akhirnya kalah dengan petenis unggulan ke tiga asal Republik Ceko, Jana Novotna dengan skor 3-6 3-6.
Selain itu, beberapa turnamen pun mampu ia juarai, sebagai contoh Malaysia Terbuka 1992, Indonesia Terbuka 1993 dan 1994, hingga Tiongkok Terbuka pada tahun 1994, dimana ia mengalahkan petenis Jepang Kyoko Nagatsuka dengan skor 6-4 6-2. Dengan berbagai torehan prestasi ini, ia mampu menembus peringkat 20 besar, dengan menduduki peringkat 19 dunia pada tahun 1997.
Tidak hanya mampu menjuarai turnamen tenis profesional yang ada, Yayuk Basuki juga berhasil menorehkan prestasi di ajang olahraga paling bergengsi se-Asia, yaitu Asian Games. Dengan total 4 medali emas dan beberapa medali perak serta perunggu, Yayuk Basuki sukses mengharumkan nama Indonesia di kancah Asia.
(Foto: Okezone)
Dimulai dari Asian Games 1986, dimana ia menjadi satu-satunya peraih medali emas bagi Indonesia. Bersama pasangannya Suzanna Anggarkusuma, mereka berhasil menjuarai sektor ganda putri, mengalahkan duo asal Korea Selatan Lee Jeong-soon dan Kim Il-soon. Kemudian, ia berhasil menorehkan emas pada sektor ganda putri dan ganda campuran di tahun 1990, serta tunggal putri di tahun 1998.
(Foto: assets-a1.juara.net)
Dengan berbagai prestasi yang ia raih selama bermain, tak ayal jika ia menjadi seorang legenda, apalagi di kala itu masih sangat sedikit petenis asal Asia yang mampu berjaya di dunia tenis. Oleh sebab itu, ia diberi julukan “The Jaguar Of Asia” atau Sang Jaguar Dari Asia sebagai penghargaan terhadap kemampuan serta prestasi dirinya.
Setelah memutuskan gantung raket pada tahun 2013, kini Yayuk Basuki lebih fokus dalam mengembangkan tenis Indonesia yang dianggap mati suri. Ia merasa miris karena dunia olahraga menurutnya kerap menjadi ladang korupsi. Oleh sebab itu, ia mencalonkan diri dan sukses menjadi anggota DPR-RI Periode 2014-2019 serta masuk ke dalam Komisi X yang salah satunya membidangi Olahraga.
(Foto: antaranews)
Selain itu, Yayuk Basuki juga fokus dengan akademi tenis yang ia kelola bersama suaminya, Suharyadi yang juga merupakan mantan petenis profesional, yaitu Yayuk Basuki Tennis Academy di Jakarta. Harapannya adalah ia mampu mencetak generasi-generasi baru petenis Indonesia yang kelak akan mampu menorehkan prestasi seperti dirinya atau bahkan melebihinya, dan yang utama ialah mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.