Zetizen.com – Kita pasti pernah mengikuti tes IQ (Intellectual Quotient). Tes ini banyak dilakukan saat kita duduk di bangku SMP atau SMA. Kalau nilai IQ-nya tinggi, kita dicap pintar atau bahkan jenius. Tapi, bagaimana dengan Emotional Intelligence?
Pada 1995, seorang psikolog asal California bernama Daniel Goleman menulis buku berjudul Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Sejak saat itu, EI menjadi salah satu faktor penting dalam menilai bagaimana seseorang bekerja. Menurut Goleman, EI nggak akan membantu seseorang untuk meraih nilai terbaik di kelas karena nilai ujian bergantung pada IQ. Tapi, EI akan lebih mendukung skill bekerja, misalnya dalam leadership.
5 Komponen Emotional Intelligence:
Jadi, EI mengutamakan skill untuk menyadari emosi yang ada dalam diri. Skill ini memang nggak akan bikin kamu juara kelas. Tapi, kamu bisa memanfaatkan skill ini dalam berinteraksi dengan orang di sekitarmu. Apalagi kalau kamu ditugaskan untuk memimpin banyak orang. Sebab, seseorang dengan EI tinggi lebih gampang menenangkan atau menghibur orang lain. Mereka juga lebih gampang akrab berkat empati yang ditanamkan.
Salah seorang CEO dari sebuah perusahaan konsultan di Australia Langley Group, Sue Langley, menyatakan, "Menurut saya, Emotional Intelligence adalah bagaimana kita bisa membaca seseorang dan mengadaptasinya dalam hubungan." Ternyata, IQ nggak selalu lebih baik daripada kecerdasan emosi lho!
| Source: ANZ, Psychology Today