Zetizen - Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Ya, seperti itulah gambaran perjuangan Malik saat merintis bisnis kulinernya. Siapa sangka, Malik yang dulu hanya seorang pegawai kini dapat memiliki rumah makan sendiri. Semua diawali dengan modal yang dia pinjam dari Adam, sahabatnya sekaligus supervisor restoran. Berkat ketekunan dan semangat Malik yang luar biasa, restorannya berbuah manis dan berjalan dengan sangat baik.
Setiap akhir bulan, selalu diadakan meeting dengan semua pegawai untuk evaluasi dan mendiskusikan inovasi baru. Lagi-lagi, Malik berselisih dengan Adam. Kali ini, ide kegiatan berbagi 20 bungkus makanan gratis setiap dua minggu sekali ditolak Adam mentah-mentah. Karena dianggap bisa membuat restoran rugi. Tidak ada yang mengalah. Keduanya bersikukuh dengan pendapat masing-masing. Akhirnya Malik menetapkan idenya sendiri dengan Adam yang mendengus kesal.
Keesokan paginya, Malik melihat kondisi restoran. Dia berpapasan dengan Adam yang melewatinya begitu saja. ”Rupanya dia masih kesal dengan keputusanku kemarin. Ah, biarlah. Nanti juga memudar sendiri raut wajah masamnya itu,” batin Malik.
Saat dia berjalan, para pegawai menyapanya dan dia balas dengan senyuman. Tak lupa, Malik menyempatkan diri untuk melayani beberapa pelanggan. Meski tampilannya sederhana, keramahan Malik mampu menarik loyalitas pelanggan.
Saat hendak menuju ruang kerja, seorang juru masak restoran menghentikan langkah Malik. Lily namanya. Malik sejenak mengernyitkan dahi hingga dia sadar siapa yang ada di depannya. ”Ada apa? Menu baru lagi?” tanyanya. Lily hanya mengangguk samar. Malik pun berjalan menuju dapur. Tak berselang lama, Lily datang dengan sepiring daging steik. Baru secuil daging masuk mulutnya, Malik buru-buru mencari tong sampah
”Kau mau mempermalukan restoran kita? Rasanya aneh sekali! Dagingnya juga belum matang. Lain kali buat masakan yang benar!” omel Malik sambil berlalu pergi. Lily terdiam dengan napas tercekat. Bukan sekali ini kreasi makanannya ditolak. Dia bahkan pernah dibentak Malik di hadapan para pegawai lain.
Masakan Lily, rupanya, membuat suasana hati Malik memburuk. Ditambah dengan keadaan ruang kerjanya yang kotor. Dia kemudian memanggil Nugi, pegawai berumur 45 tahun yang pernah mencuri bahan makanan dari gudang untuk dijual kembali. ”Sudah bisa kau kiranya mengganti rugi?” tanya Malik. ”Maaf Pak, tapi jumlahnya sangat besar. Saya belum bisa menebusnya sekarang,” jawab Nugi. ”Ck, jika sampai dua bulan nanti kau tak bisa menebusnya, aku tak segan memecatmu,” ancam Malik. Nugi menelan ludah, lalu berbalik keluar dengan langkah goyah.
Sekitar pukul 14.00, Malik menelpon Adam supaya mencarikan pegawai untuk membersihkan ruang kerjanya. Adam mengiyakan singkat. Dia pun memerintahkan Nugi agar segera menuju ruang kerja sang atasan. Di sana, Malik sudah tertelungkup dekat meja dengan satu luka sayat di punggung. Terdapat pisau yang masih tertancap di perut sebelah kirinya. Di tangan kiri, Malik menggenggam sebuah gumpalan kertas dengan noda merah, entah darah atau bukan, bertulisan ”Nugi”
Sebuah bolpoin warna hitam dengan tutup yang masih terpasang rapi ditemukan di dekat tangan kanan jasad Malik. Siapa kira-kira yang telah membunuh Malik? (arm/c13/lai)
Adam merupakan supervisor restoran. Meski sering berselisih pendapat dengan Malik, Adam sangat menyukai tempat kerjanya dan menganggap restoran itu seperti milik sendiri. Dia sedang berada di ruangannya mengerjakan laporan keuangan saat Malik menelepon untuk dicarikan karyawan agar membersihkan ruang kerjanya. Dan siang itu, terlihat sebuah bintik kecil berwarna hitam di lengan baju putihnya. Hal yang langka mengingat Adam sangat menjaga penampilan.
Lily adalah juru masak handal di restoran tersebut. Dia selalu menciptakan kreasi menu baru. Akan tetapi, kreasinya selalu ditolak oleh Malik dan dibilang tidak enak sama sekali. Saat kejadian, Lily tengah sibuk memasak sendirian di dapur, berusaha menciptakan menu baru yang bisa membuat bosnya berkata enak. Penampilannya siang itu cukup acak-acakan dengan noda merah seperti saus tomat di beberapa bagian celemeknya.
Nugi memiliki hutang yang besar karena pernah mencuri bahan makanan restoran. Keadaan memaksanya tetap bekerja di sana dan menelan setiap makian Malik padanya. Dia senang ketika diperintah Adam untuk mem[1]bersihkan ruang kerja Malik, dan langsung bergegas menuju ke sana. Nugi lah orang pertama yang menemukan Malik terbaring tak berdaya dengan pisau menancap di perut. (arm/c13/lai)