Zetizen.com - Band indie yang sedang dalam puncak popularitas, Payung Teduh, kini mau nggak mau kita harus kehilangan frontman-nya. Mulai tanggal 31 Desember nanti, Muhammad Djamad Istiqamah atau yang akrab disapa Is memilih untuk hengkang dari Payung Teduh. Mulai dari pertama kali berdiri hingga jadi hits nasional berkat lagu Akad, gimana sih rekam jejak perjalanan Payung Teduh?
Layar payung teduh awalnya dikembangkan oleh Is dan Comi Aziz Kariko (contra bass) sejak tahun 2007. Keduanya sering bermain di selasar kantin Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI).
Selain sering nongkrong bareng, keduanya juga merupakan anggota Teater Pagupon, kelompok teater yang sudah berdiri selama 33 tahun di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Karena dikenal punya karakter bermusik yang kuat, mereka berdua pun sering diundang untuk bermain di berbagai event luar kampus, dan berhasil mem-blending ikatan musik mereka.
Menyadari bahwa keduanya harus lebih mengeksplorasi musik serta mengembangkan performa panggung, akhirnya pada tahun 2008 Is dan Comi mengajak Cito untuk mengisi posisi sebagai drummer. Pada tahun 2010, formasi Payung semakin lengkap ketika Ivan bergabung sebagai gitarlele.
Lagu Angin Pujaan Hujan jadi yang pertama menegaskan eksistensi mereka. Dua tahun kemudian, mereka merilis album bertajuk Dunia Batas. Sadar sama dunia yang makin berkembang, mereka menggunakan sosial media seperti Youtube dan Facebook untuk mempromosikan karya.
Sebagai newbie, payung teduh langsung ditahbiskan sebagai musisi yang kembali membawa warna musik pada masa Ismail Marzuki. Soalnya, Ia berhasil menciptakan lirik unik yang mengiringi genre keroncong dan jazz.
Nggak heran kalau payung teduh disebut-sebut mampu menyegarkan industri musik Indonesia. Alhasil, Dunia Batas berhasil meraih predikat sebagai Album Terbaik pilihan versi Tempo pada tahun 2012, sekaligus Grup Pendatang Baru Terbaik versi majalah musik Rolling Stone Indonesia.
Aku menunggu dengan sabar, di atas sini, melayang-layang, tergoyang angin, menantikan tubuh itu.
Resah, single kedua yang ada dalam album Dunia Batas mulai menaik perhatian publik. Selain warna musiknya yang mengalun sendu dan unik, lirik dalam Resah juga nggak luput dari perhatian pendengar karena dinilai punya kisah mistis dibaliknya.
Ternyata, lagu Resah ditulis Comi untuk menceritakan sosok kawannya yang meninggal gantung diri namun ingin menyampaikan perasaannya pada sang kekasih. Sebelum meninggal, kawannya menuliskan puisi cinta yang menjadi cikal bakal dari lagu Resah. Ya, mendengar lagu ini emang bikin merinding, bukan?
Seiring dengan banyaknya public figure yang nikah muda, topik mengenai pernikahan jadi sering dibicarakan. Hal itulah yang ditangkap oleh payung teduh dan diolah jadi lagu Akad. Dengan warna musik yang jauh berbeda dari Dunia Batas, Akad langsung berhasil meraih hati pendengar.
Di tahun yang sama, payung teduh juga merilis album Live and Loud. Album ini adalah gubahan dari lagu-lagu di Dunia Batas yang dibawakan secara live. Makin unik karena jajaran lagu dalam album ini seolah mampu membawa pendengar pada konser payung teduh yang terasa sendu dan hangat.
Kepopuleran Akad diiringi oleh beberapa kabar mengejutkan. Pertama adalah tuntutan Kaori Okado, sosok wanita yang digambarkan sebagai supir taksi yang meninggal. Sebab, ternyata payung teduh belum mengantongi izin Kaori ketika menggunakan fotonya.
Setelah mengganti video dan mengunggah ulang, masalah masih belum selesai. Saking populernya, banyak musisi lain yang meng-cover lagu Akad hingga mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari hal tersebut. Alhasil, Is pun harus mengunggah video yang intinya memohon pada semua orang yang akan meng-cover untuk terlebih dulu meminta izin sebelum meng-cover lagunya.
Bagi fans yang mengikuti akun instagram @pusakata, tentu kamu menyadari clue yang dilempar sejak bulan Juni lalu yang mengungkapkan keinginannya untuk hengkang dari band yang telah membesarkan namanya ini. Dalam sebuah wawancara, Is mengatakan bahwa Ia mulai kehilangan esensi utama dari Payung Teduh. Seiring dengan banyaknya jadwal manggung, komunikasi pun menjadi berkurang.
“Payung Teduh is lucky bastard!” ungkapnya. Nggak pernah latihan, tapi mereka mampu mengambil hati pendengar dan punya basis penggemar yang besar dan tersebar dimana-mana. Sayangnya, bagi Is hal itu jadi bumerang tersendiri bagi payung teduh yang mulai terbuai euforia.
Editor: Fahri Syadia