Zetizen.com - Grup band indie asal Indonesia, payung teduh merilis album terbarunya Minggu (17/12). Bertajuk Ruang Tunggu, album ini berisi sembilan lagu, termasuk single Akad yang viral tahun ini. ruang tunggu pun jadi penanda perpisahan sang vokalis, Istiqamah Djamad yang akan hengkang per tahun depan.
Selain lahu Akad, band yang dimotori oleh Ale (Drum), Ivan (Guitarlele), dan Aziz Comi (contra bass) ini mempersembahkan sembilan tracklist lainnya berjudul Di Atas Meja, Selalu Muda, Mari Bercerita, Muram, Puan Bermain Hujan, Sisa Kebahagiaan, Kita Hanya Sebentar, hingga Kerinduan.
Sebagai cover album, tajuk Ruang Tunggu direpresentasikan lewat jendela yang menampilkan seorang wanita yang mengenakan payung di hari hujan. Hal itu makin nyata terasa lewat nada akustik yang simple terdengar di mayoritas lagu.
Ruang Tunggu seolah menjelma ladang bagi Is untuk menceritakan berbagai dinamika dalam Payung Teduh. Lewat Di Atas Meja maupun Selalu Muda, Ia mencoba mendeskripsikan konflik maupun perdebatan batin yang dirasakan. Hal itu tertuang dalam lirik Di Atas Meja:
“kita menjelma kebisuan yang tak kunjung terungkap, tak bisa lagi bercerita apa adanya,”
Namun, Is tetap berusaha positif dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa berbagai rasa lara, konflik batin dan pilu yang dirasakannya hanya sesaat. Rasa yang menyesatkan bisa sirna dengan bahagia yang bisa ia ciptakan kapan saja. Selain menjamu pendengar dengan lirik yang memiliki pesan tersirat, nada yang lembut menjadi penghantar kepergian Is. Sementara itu, perpaduan nada dan lirik dalam Selalu Muda menjadi mantra terbaik dalam menghadapi berbagai konflik yang hadir tiap hari.
Dari konflik, kita beralih pada kemampuan payung teduh yang lihai membuai para lovebirds. Lewat Mari Bercerita, Lagu yang dinyanyikan dengan Ichamalia ini makin terasa romantis lewat siulan manis dan juga lirik tentang obrolan ala sepasang kekasih.
Selain itu, rasanya nggak salah kalau menahbiskan Ruang Tunggu sebagai album yang lengkap. Nggak cuma cocok didengar orang-orang yang lagi dimabuk cinta. Kamu yang patah hati juga bakal merasa relatable dengan Muram. Nadanya yang mendayu-dayu bikin lukamu seolah tersiram garam. Deretan lirik juga terdengar menertawakan sakit hati yang kamu rasakan. Eits, jangan keburu kesal duluan. Ia juga memasang beberapa kata optimis untuk kembali melanjutkan kehidupan dan menciptakan cerita cinta!
Esensi tentang kehidupan dan ketuhanan juga disampaikan dengan epik dalam Kita Hanya Sebentar. Lewat nada ala lullaby, payung teduh mengingatkan umat manusia bahwa pada dasarnya, kita hanya sejenak di dunia. Mantap!
Dan, ya! payung teduh tahu betul cara menutup album pamungkasnya. Bukan dengan lagu mendayu-dayu, tapi Ia coba menutup pilu dengan meyakinkan bahwa kenangan akan selalu dirindu. Lewat repertuar lelaki yang selalu ragu, payung teduh seolah mampu merekam perasaan pendengar yang terjebak rasa rindu namun tak bisa berbuat apapun.
Secara keseluruhan, ruang tunggu menjadi batu lompatan yang sangat besar paska Dunia Batas (2014) dan berbagai single yang dikeluarkannya. Tambahan musik tradisional menjadi salah satu pencapaian unik dalam Ruang Tunggu. Tapi, jangan harapkan kamu bisa menemukan warna musik ala Dunia Batas. They totally change it!
Eits, jangan keburu mengkritik. Siapa tahu payung teduh sedang mencoba mengembangkan diri. Semoga, album Ruang Tunggu ini nggak menjadi karya terakhir payung teduh paska ditinggal bang is ya! Ditunggu karya-karya selanjutnya!
Editor: Fahri Syadia