Are You a Zetizen?
Show Menu

Wayang Kontemporer, Pengembangan Seni Wayang yang Disesuaikan dengan Generasi Z

Rafika Yahya Rafika Yahya 28 Dec 2017
Wayang Kontemporer, Pengembangan Seni Wayang yang Disesuaikan dengan Generasi Z

Zetizen.com - Di era generasi Z ini mulai berkembang jenis wayang baru loh, yaitu wayang kontemporer. Isi pertunjukan wayang kontemporer ini nggak lagi berfokus pada kisah Ramayana atau Mahabharata, melainkan kehidupan sehari-hari anak zaman sekarang. Begini lah penjelasan tentang wayang kontemporer dari hasil wawancara tim Zetizen dengan salah satu dalangnya, Nanang Garuda.

 

foto: dok pribadi Nanang Garuda

 

Karakter Jaman Now

Kalau kita mengenal nama-nama seperti Semar, Petruk dan Gareng sebagai tokoh-tokoh pewayangan klasik, kita nggak akan menemukannya di wayang kontemporer. Alasannya, setiap dalang bisa menciptakan karakternya sendiri. Jadi, kreativitas dalang akan disesuaikan dengan apa yang sedang nge-tren di masyarakat.

 

Misalnya, ada wayang Pakelir yang ditampilkan dengan musik-musik kontemporer dan juga gubahan-gubahan baru. Dengan karakter yang disesuaikan, harapannya makin banyak orang yang kembali jatuh cinta dengan wayang.

 

Jalan Cerita Lebih Modern

Wayang kontemporer nggak akan bercerita tentang hikayat kerajaan, apalagi kisah-kisah sejarah. Justru kamu bakal menemukan cerita baru yang lebih segar. Nggak heran kalau para dalang juga diharapkan untuk selalu up to date dengan berita masa kini. Makin dekat cerita pewayangan dengan masyarakat, maka wayang kontemporer bisa melekat di hati banyak orang.

 

Lihat aja pertunjukan bertajuk 'Di-miscall Leluhur'. Digelar oleh kelompok wayang Bocor, Di-miscall Leluhur bercerita tentang seorang anak yang nggak bisa lepas dari ponsel dan sosmed. Relatable dengan situasi zaman sekarang kan?

 

Lebih Fleksibel

 

foto: wayang Beber

Ingat nggak, di pelajaran bahasa Daerah, ada banyak pakem maupun peraturan yang harus dipenuhi dalam pewayangan. Misalnya, cerita-cerita dalam mitologi yang harus disampaikan apa adanya tanpa ada alur yang diubah.

 

Well, ini berbeda dengan wayang kontemporer yang nggak mengikuti pakem, alias lebih bebas! Para seniman atau dalang tidak diwajibkan untuk menyampaikan kisah-kisah sejarah atau hikayat. Bisa dibilang wayang kontemporer lebih mengutamakan fungsi sebagai penghibur, namun nggak melupakan pesan maupun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

 

Nggak Lagi Menggunakan Alat Musik Tradisional

 

Salah satu alasan yang menjadikan wayang nggak lagi menarik minat anak muda adalah penggunaan musik. Hal itulah yang bikin wayang kontemporer memberikan gebrakan baru dengan menggabungkan musik kekinian.

 

Sebut aja Ki Catur Kuncoro yang dikenal dengan proyek wayang HipHop. Dalam pegelaran wayang Mitologi pada tahun 2012, Ki Catur Kuncoro mengolaborasikan musik elektronik, eksperimental serta HipHop. Kolaborasi unik itu pun menjadi trademark tiap performa Ki Catur. Ciamik!

 

 

Editor: Fahri Syadia

 

RELATED ARTICLES

Please read the following article