Zetizen-Musik nggak bisa dipisahkan dari manusia. Begitu pula sebaiknya. Keduanya punya peran masing-masing dalam sebuah sistem yang dinamakan kehidupan. Maka, hubungan timbal balik keduanya nggak bisa terelakan, setuju nggak? Bahkan, dalam aliran musik ambient, alam turut serta menyumbangkan suaranya dalam suatu musik, loh.
Ambient dimainkan dengan menekankan suasana dan nada melalui instrumen-instrumen klasik tradisional maupun ritme yang diulang-ulang. Selain itu, ada unsur tambahan yang bikin genre tersebut unik. Yakni, sisipan noise atau suara-suara seperti deburan ombak, embusan angin, lantunan synth, dan mungkin teriakan atau gumaman di beberapa titik dalam sebuah lagu.
Brian Eno, musisi dan produser asal Inggris, adalah pelopor penggunaan istilah ambient. Secara tidak langsung, dia mendeskripsikan genre ambient sebagai latar musik yang mampu bikin suasana tenang hingga menciptakan ruang berpikir bagi pada pendengarnya. Dia juga sempat merilis album dengan judul Ambient 1: Music for Airports pada Maret 1978, lalu diikuti beberapa album lainnya dengan aliran serupa.
Musik ambient juga sering digunakan untuk pengiring dalam menjalani aktivitas. Nada dan ritme yang diulang-ulang bikin seolah-olah pendengarnya berada dalam suatu film dengan suasana tenang dan khusyuk. Karena itu, jenis musik ambient cocok banget buat didengerin pas lagi belajar supaya semakin fokus.
Di Indonesia ambient belum begitu populer. Meski begitu, ada beberapa musisi yang cukup konsisten bermain di aliran tersebut. Antara lain, Layur, The Trees & The Wild, dan Reruntuh.
Anggapan bahwa genre ambient tak sepopuler musik lainnya secara nggak langsung memunculkan fakta bahwa pasar genre itu belum besar. Tetapi, bagi Reruntuh, idealnya, pekerja seni seharusnya memang nggak boleh begitu bergantung pada pasar. ’’Tapi, yang gua percaya adalah seni yang jujur pasti punya tempat. Seni yang jujur tuh dibutuhin karena ia memang pegang peran di kehidupan. Sebagai pemakna hidup, salah satunya,’’ ucap musisi yang punya nama asli Rifqi Rizkani tersebut
Meski begitu, geliat musik ambient nggak bisa dipandang sebelah mata, guys. Beberapa musisi juga sempat bereksperimen dalam area ambient. The Trees & The Wild, misalnya. Dalam albumnya yang bertajuk Zaman, Zaman, band asal Bekasi tersebut membuat musik yang magis dari gabungan ambient atau noise dan lirik-lirik subliminal di dalamnya.
Penyisipan unsur-unsur noise atau ambient seperti suara ombak atau synth dan semacamnya pun ternyata nggak sembarangan, loh. Meski nggak ada patokan khusus, kesesuaian dengan isi dan suasana lagu juga harus diperhatikan. ’’Noise atau ambient di musik tuh ternyata punya magis untuk bikin dunia sendiri di siapa pun yang dengar. Ternyata gua merasa butuh hal itu untuk nyampein apa yang ingin gua sampein,” ungkap Reruntuh. (c20/efn)