Zetizen.com - Dulu kalau pengin mendengarkan musik musisi favorit, kamu harus beli album hard copy dulu. Misalnya, vinil, CD, dan kaset. Tapi, karena harganya mahal, pembajakan makin marak, baik berbentuk CD maupun digital. Berdasar data Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri), musik bajakan menguasai 95,7 persen pasar di Indonesia sejak 2007 loh! Ck ck ck. Industri rekaman jelas rugi besar.
Nah, pasar musik digital makin dikenal berkat musisi-musisi internasional yang menjual lagunya di platform seperti iTunes dan Tidal. Pemasaran dengan cara itu terbukti lebih efektif loh. Sebab, sekarang kan orang lebih suka melakukan apa pun dari smartphone-nya. Tinggal connect ke internet, unduh lagu, beres deh.
Karena itu, nggak lama, muncullah layanan streaming musik seperti Pandora, Apple Music (dulu iTunes Radio), dan yang baru masuk ke Indonesia, Spotify. Layanan-layanan tersebut mirip seperti radio kok. Hanya, kamu butuh koneksi internet untuk mendengarkan lagu-lagu di sana. Mau mendengarkan secara offline? Bisa, tapi kamu harus berlangganan dulu.
Menurut laporan The Recording Industry Association of America (RIAA), pada 2015, pendapatan industri musik justru lebih banyak berasal dari layanan streaming. Emang streaming musik aja udah men-support musisi favorit? Iya! Setiap servis punya kebijakan sendiri tentang berapa yang mereka bayarkan kepada artis untuk setiap lagu yang diputar user. Misalnya, Spotify membagikan royalti 70 persen bagi artis dan 30 persen untuk Spotify.
Mulai ramainya penggunaan streaming musik di Indonesia juga disambut antusias oleh banyak musisi. Salah satunya adalah penyanyi cantik Raisa Andriana. Musisi yang akan merilis album terbaru bertajuk Handmade itu turut merasakan berkurangnya pembajakan atas musiknya. ’’Semoga kali ini pembajakan musikku benar-benar bisa ditekan. Semoga malah nggak ada sama sekali,’’ ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Mikha Angelo, pentolan grup The Overtunes. Selain menaruh musik-musiknya pada layanan streaming, ternyata Mikha merupakan penikmat aplikasi streaming musik. ’’Dari satu aplikasi, aku bisa mengakses banyak lagu dari belahan bumi mana pun. Aku lebih gampang dapat inspirasi deh,’’ kata Mikha.
Untuk masalah royalti, Mikha nggak ambil pusing. Sebab, bagi dia, pendengar menghargai musiknya dengan nggak membajak aja udah termasuk langkah yang bagus. Jadi, kamu pilih yang mana: punya koleksi lengkap musisi favoritmu, tapi tanpa disadari ’’melemaskan’’ kreativitas mereka atau merelakan sedikit kuota internet dan cari wifi gratis asal bisa terus mendukung mereka? (life&style/spotify/afr/c14/rat)