Zetizen.com - Linkin Park, band rock legendaris yang udah memenangkan begitu banyak penghargaan selama hampir dua dekade ini baru saja meluncurkan album terbarunya dua bulan lalu. Dan seperti biasa, albumnya pun langsung laris di pasaran. Mereka bahkan sudah akan menjadwalkan tur promosi album bertajuk One More Light ini akhir Juli nanti.Namun, tiba-tiba kabar mengejutkan datang. Sang vokalis, Chester Bennington ditemukan bunuh diri di rumahnya pada Kamis pagi waktu Amerika atau Jumat (21/7) malam waktu Indonesia.
Sontak, dunia musik pun berduka mendengar kabar ini. Tagar #RIPChesterBennington melejit jadi trending topic dunia dalam sekejap. Jutaan fans Linkin Park menyalurkan kesedihannya lewat posting yang ditujukan untuk sang vokalis dan band yang nama dan karya-karyanya udah melekat di hati para fans nya ini.
Pertanyaan itu jelas langsung muncul saat mengetahui sang vokalis berumur 41 tahun ini harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Sayangnya, hingga saat ini, belum ada yang tahu pasti alasan dibalik bunuh diri yang dilakukan Chester. Sebab, ia tidak meninggalkan pesan apapun.
Chester sendiri ditemukan gantung diri oleh pembantu di rumah miliknya. Polisi yang datang tak lama setelah itu pun langsung mengamankan lokasi dan mencari berbagai barang bukti adanya kekerasan. Namun, tak ada petunjuk apapun selain botol minuman alkohol setengah penuh di tempat kejadian.
Chester Bennington mengawali karirnya bersama Linkin Park di awal tahun 2000. Saat itu, bersama Mike Shinoda, Rapper yang juga keyboardist/gitaris, Bennington meluncurkan album debut Linkin Park bertajuk hybrid Theory.
Komposisi rock yang unik berpadu dengan rap dan sentuhan elektronik saat itu menjadi warna baru dalam dunia musik rock. Kesuksesan album ini membuat nama Linkin Park Meroket. Pembawaan Chester yang emosional dalam setiap lagu yang dinyanyikan membuat lagu-lagu Linkin Park benar-benar disukai generasi remaja saat itu. Nama Chester pun disejajarkan dengan pioner genre Nu-metal lain seperti Korn dan Limp Bizkit.
Berisi materi yang sarat dengan berbagai masalah kehidupan dan perjuangan menghadapinya, hampir seluruh karya Linkin Park selanjutnya terus sukses. Bahkan, Hybrid Theory, album debut mereka mendapat penghargaan Grammy dan dinobatkan sebagai Best Rock Album.
Album-album selanjutnya seperti Meteora, dan EP Collision Course pun kembali sukses besar dengan puluhan juta copy terjual di seluruh dunia.
Kesuksesan ini tak lepas dari kemampuan unik Chester dalam menulis, dan membawakan tiap lagu Linkin Park yang ia mainkan. Teknik vokalnya yang luar biasa mampu membawakan berbagai jenis emosi dalam lagunya. Mulai dari bait-bait penuh teriakan frustasi, dengung growl emosional, sampai melodi harmonis pada lagu-lagu bernuansa ballad mampu ia bawakan tanpa cacat.
BACA JUGA: 11 Lagu Terbaik Linkin Park yang Bakal Bikin Kamu Bernostalgia
Dibalik semua kesuksesan itu, kehidupan Chester Bennington sendiri justru punya banyak cerita kelam. Berasal dari keluarga yang kurang harmonis, Chester melalui banyak masa sulit sejak kecil. Mulai dari keluarga yang kurang harmonis sampai jadi korban bully pernah ia rasakan. Ia bahkan pernah mendapatkan pelecehan seksual saat berumur 13 tahun. Pengalamannya itulah yang membuatnya mulai menggunakan berbagai obat-obatan dan kecanduan alkohol.
Ketergantungannya menjadi begitu parah sampai ia hampir selalu mabuk setiap harinya. "Saat aku tidak sanggup menghadapi hal-hal di sekitarku, aku bisa menghabiskan satu galon minuman dan beberapa pil antidepresan dalam semalam. Aku benar-benar tidak bisa berhenti," Ungkapnya seperti dikutip Kerrang! tahun 2014 lalu
Ironisnya, hal inilah yang membuatnya jadi sangat kreatif dan mampu menyalurkan emosi yang tulus pada tiap lagunya.
"Aku berhasil menguasai berbagai hal negatif yang menimpaku dengan mematikan rasa sakitnya (dengan alkohol dan obat-obatan). Dan aku semacam bisa menyalurkan emosi yang aku rasakan lewat musik, dan ternyata itu berhasil," Ungkap Chester pada Noisecreep saat membahas tentang masa lalunya pada 2009 lalu.
Meski begitu, Chester sempat menjalani program pemulihan untuk menyembuhkan dirinya dari ketergantungan terhadap zat-zat itu. Terutama karena ia mulai menyadari banyaknya support yang diberikan orang di sekitarnya. "Aku sudah mabuk-mabukan selama enam tahun terakhir, dan sekarang aku memilih untuk sadar dan berusaha berhenti. Aku nggak mau jadi orang yang seperti itu lagi," Ungkapnya pada Kerrang!.
Sayangnya, beberapa tahun lalu, Bennington sempat mengalami beberapa kejadian yang membuatnya kembali tertekan. Pada 2015, ia pernah mengalami patah kaki saat melakukan tur. "Rasanya lebih dari sekedar patah kaki. Lebih seperti ada bagian hidup yang hilang dari Bennington, saat itu," Ungkap Mike Shinoda, bandmates Chester di Linkin Park.
Kejadian itu, ditambah dengan berbagai kesulitan lain yang mereka hadapi baru-baru ini rupanya menimbulkan banyak residual stress pada member Linkin Park, terutama Chester. "Saat itu memang sulit untuk melihat hal positif. Banyak kejadian negatif yang rasanya saling bertumpuk-tumpuk," Ujar Shinoda lagi.
Meski begitu, saat itu Chester tidak terlihat patah semangat. Saat ia kemudian juga mematahkan pergelangan tangannya saat konser, ia bahkan terus melanjutkan pertunjukan sampai selesai. Chester pun, seperti biasa, kembali menyalurkan rasa frustasinya lewat lagu berjudul Heavy yang ada di album terbaru mereka.